top of page
Gambar penulisHERNADHI JAYA KARPET

Korona, Masjid dan Fasilitas Keakhiratan, serta Ajakan Singgahlah

Diperbarui: 8 Mar 2021


Korona mengharuskan berbagai kegiatan dikurangi. Banyak orang bertahan di rumah saja. Namun, kalau terkait dengan ibadah banyak muslim tidak mau meninggalkan masjid.


Sempat beberapa waktu dilakukan penutupan ibadah berjamaah di majid. Itu pada awal merebaknya korona. Tetapi setelah sekitar 3 bulan, kegiatan masjid kembali dilakukan. Hingga saat ini. Ada yang jamaahnya bebas: tanpa penutup hidung dan mulut dan jarak berdekatan. Kondisi begini terutama pada masjid dengan jamaah terbatas.


Masjid lain masih ketat mengikuti protokol kesehatan. Masuk masjid diperiksa suhu badan, lalu kedua telapak tangan disemprot cairan penyanitasi tangan (hand sanitizer). Diberi masker untuk jamaah yang tidak mengenakannya. Di dalam masjid karpet digulung, jarak antar jamaah sekitar 30 sentimeter ke samping kiri-kanan.


Sibuk, Khusuk

Masjid karenanya menjadi pusat kegiatan dan kesibukan. Terutama jelang dan sesudah salat wajib berjamaah.


Ada warga yang pergi-pulang ke masjid dengan berjalan kaki, ada yang naik sepeda atau sepeda motor. Tergantung kebutuhan dan kesanggupan. Bila ingin mendapatkan pahala (langkah kaki kanan) maupun ampunan (langkah kaki kiri) dianjurkan berjalan kaki ke masjid. Tentu bila tenaga, jarak, dan waktu masih memungkinkan.


Maka bagi setiap muslim, tidak ada alasan untuk tidak ke masjid. Khusus untuk pensiunan pilihan berjalan kaki sangat menyehatkan. Terlebih bila di dalam rumah dihabiskan untuk duduk. Jelang salat Subuh udara bersih dan segar. Sepanjang jalan bolehlah dilakukan senam ringan. Tarik nafas dalam, tahan sebentar, lalu embuskan melalui mulut. Gerakkan kedua lengan naik-turun, gerakkan telapak tangan seperti sedang meremas-remas, gerakkan leher angguk-geleng. Sambil terus berjalan pelan-pelan.


Saat pergi dan pulang terbuka kesempatan berolahraga ringan. Bahkan saat melakukan salat berjamaah pun bernilai gerak badan. Berdiri tegak, jangan bongkok. Kedua kaki ambil jarak selebar bahu. Kepala tegak, dan mata menatap lurus ke arah tempat sujud. Konsentrasi pada bacaan salat. Lalu rukuk, luruskan pinggang. Kembali tegak. Lalu sujud. Dan seterusnya.


Saat duduk diantara dua sujud, tekuk jemari kaki kanan, telapak kaki kiri untuk tumpuan. Lalukan penuh penghayatan dan kekhusukan. Halau segala pikiran di luar itu.


Manfaat, Kursi Lipat

Rumah dekat masjid dapat memanfaatkannya untuk bersilaturahim. Ya, bersilaturahim dengan tetangga sebelah rumah, tetangga satu Rukun Tetangga (RT ) atau satu Rukun Warga (RW). Di kompleks perumahan besar biasanya dibangun satu masjid untuk warga satu RW.


Cukup ramai suasana pergi dan pulang jamaah. Terlebih bila anak-anak dan kaum ibu aktif pula di masjid. Lumayan riuh, kerap bising. Mereka saling menyapa dan melempar salam. Lalu bercakap, meski sekadar basa-basi, dan dapat berlanjut ke pembicaraan hal lain. Kenal atau tidak kenal. Tentu salam disertai doa itu wajib dijawab dengan salam pula.


Selain bernilai ibadah, rajin ke masjid (sudah disebut di atas) juga bernilai olahraga dan silaturahim, sarana mengabarkan tentang kondisi dan kesehatan kita. Orang-orang masih sehat tak sepatutnya jauh dari masjid. Orang-orang dengan uzur tak jarang membawa kursi lipat ke dalam masjid untuk ikut salat berjamaah (meski pada salat Jum'at saja).


Praktik silaturahim di dalam dan di luar masjid itu penting terutama untuk pensiunan dan lansia yang merasa (penuh kewaspadaan) jelang ajal menjemput. Sebab memang tetangga terdekat paling awal dan sering paling diandalkan untuk mengurusi. Mulai dari memandikan-mengkafani-menyolatkan dan mengurus tanah pemakaman, serta akhirnya menguburkan. Tentu dengan kesegeraan. Tamu, dan bahkan saudara, tak jarang tahu beres.


Singgah, Megah

Masjid juga menjadi tempat persinggahan. Para pengembara, para pejalan kaki, para pencari nafkah, juga mereka yang sedang dalam perjalanan. Pada zaman Rasulullah, dicontohkan saat pergi maupun pulang dari bepergian (berdagang, berperang) terlebih dahulu singgah ke masjid.


Itu sebabnya, masjid di sisi jalan raya dan di tengah keramaian kota, dan di empat-tempat persinggahan, menjadi rawan penularan korona. Pelaksanaan aturan protokol kesehatan di sana perlu ketat dilakukan.

Terkait persinggahan, bahkan jenazah yang akan dikuburkan dibawa di masjid terdekat lebih dahulu untuk disalatkan.


Dengan keyakinan itu masjid penting bagi segenap lapisan masyarakat. Banyak masjid dibangun megah, bahkan di pelosok pun masjid dilengkapi sarana-prasarana memadai: ruang wudhu, kamar mandi, WC, halaman parkir, pohon peneduh, teras, perpustakaan, dan air minum gratis (air mineral, teh, susu, kopi). Tak sedikit masjid sejuk-nyaman, karena ber-AC.


Uzur, Umur

Masih ada muslim/muslimah yang (tanpa uzur/halangan) tidak pernah atau jarang menjejak masjid. Mereka akan rugi sekali di akhirat kelak. Rugi karena tidak mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan di rumah Allah, bukan fasilitas fisik, melainkan fasiltas keakhiratan yang tak ada di tempat lain.


Nah, itu saja. Saat wabah korona belum reda ini selain pilihan di rumah saja, manfaatkan pula untuk ke masjid. Ingat umur, ingat pulang ke kampung akhirat. Wallahu a'lam.


2 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page